Aku tau, memang dulu hidupku hancur karena satu wanita yang tak tahu diri. Hidupku bagaikan daun yang jatuh dari pohonnya, maksudnya dimana seharusnya aku berada di atas tapi aku jatuh menjadi berada di bawah. Dan seharusnya aku mendapatkan kebahagiaan tapi aku malah jatuh yang mengakibatkan luka. Dan luka itu cuma gara-gara satu wanita yang tak tahu diri itu. Wanita itu tak sadar, bahwa yang dilakukannya itu akan mengakibatkan salah satu orang terluka. Wanita itu pasti tak pernah berfikir hingga sejauh itu, karena wanita itu tak bersyukur akan kenikmatan yang telah ALLAH SWT berikan kepadanya.
Pasanganku dulu memang belum mengenal aku, yang dia kenal hanya wanita itu. Lambat laun mereka berdua saling menyukai. Dan dia pun ingin wanita itu menjadi kekasihnya, tetapi wanita itu menolaknya. Betapa bodohnya wanita itu? Wanita itu telah mengabaikan dia begitu saja. Tetapi tak apa, dia pun akhirnya membuka lembaran baru dengan mencari wanita lain selain wanita itu. Dan wanita lain itu adalah AKU. Aku tak tahu bahwa dia itu adalah pasangan sementara didalam hidupku. Tetapi ini adalah kenyataan yang amat aku tak sadari. Aku dan dia pun hidup bahagia walaupun hanya sementara.
Dan seharusnya ini adalah moment-moment yang amat terindah, tapi moment-moment itu dihancurkan. Aku dan dia pun diganggu dengan satu wanita. Yaitu wanita tak tahu diri itu. Wanita itu menyesal telah menyia-nyiakan dia, tapi mau bagaimana lagi? Aku dan dia telah menjadi pasangan yang amat bahagia. Mungkin wanita itu iri akan kebahagiaan yang aku lakukan bersama dia, wanita itu selalu menganggu dia dibelakangku. Awalnya aku tak tahu, fikiranku itu hanya teman biasa. Lambat laun akhirnya aku mengetahui akan keburukan yang wanita itu lakukan. Sampai-sampai aku tak habis fikir, mengapa wanita itu melakukan sejahat itu kepadaku? Terkadang dimalam hari aku termenung, aku termenung memikirkan semua kejadian tersebut. Aku pun meneteskan air mata, terkadang aku pun berkata "Mengapa kau melakukan sejahat ini kepadaku? Mengapa? Bukan kah kau telah berjanji akan setia sehidup semati denganku? Tapi apa yang telah kau lakukan padaku? Kau rela memilih wanita itu untuk menjadi selingkuhan gelapmu tapi kau tak memikirkan akan keadaanku nanti, kau jahat !"(untuk dia)
Setelah mengetahui akan semua itu, setiap malam aku selalu menetaskan air mata. Air mata itu adalah suatu tanda betapa sakitnya hatiku. Betapa rapuhnya jiwaku. Tetapi aku selalu berdo'a "Ya Allah, bukakan lah pintu hati dia. Tunjukanlah dia kejalan yang benar. Jangan sampai dia terjerumus karena satu wanita lain, aku mohon ya allah" aku pun tetap menangis tersedu-sedu.
Aku pun nekad melakukan semua rasa sakitku dalam catatan dihandphone dia, niatanku adalah baik. Agar dia itu sadar bahwa yang diperlakukannya itu adalah salah. Aku berniat untuk meluruskan jalannya. Akhirnya, dia pun membaca semua curahan hatiku yang ku tumpahkan dalam catatan dihandphonenya. Dan dia pun sadar akan yang diperlakukannya itu salah, dan dia pun berjanji akan merubah sikap yang dulu menjadi lebih baik lagi. Dan sampat saat ini, aku merasakan kebahagiaan yang amat indah. Akhirnya dia pun berubah demi kebahagiaanku, walaupun tetap wanita itu selalu mengusik kehidupanku. Tapi tak apa, aku pun bahagia bila dia telah mengerti apa mauku dan bisa mengacuhkan wanita itu dikehidupannya. :')
Inilah kehidupanku. Inilah kesetiaanku. Inilah kesabaranku. Dan inilah pengorbananku untuk mempertahankan hubungan ini. Lihatlah masalaluku, dimana masalalu itu patut untuk aku pelajari. Aku harus ambil semua hikmah yang telah terjadi pada masalalu, aku tak boleh melupakan akan masalalu itu. Karena walau bagaimanapun, masalalu itu adalah masa dimana aku harus belajar dewasa. Ya walaupun aku tahu masalalu yang aku alami itu pahit untuk dirasakan. Tapi tak apalah, semua masalalu itu tak mungkin indah pasti terkadang pahit untuk dirasakan. Tapi dengan kepahitan itu aku bisa belajar betapa susahnya mempertahankan hubungan ini, dan betapa sulitnya melakukan semua ini. Cuma karena kesetiaan, kesabaraan, pengorbanan, dan mengalahlah yang mampu mempertahankan hubungan ini. -Oktapiani Pajriah-
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking